Pada awal tahun 2019 ini Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh akan melakukan berbagai kerjasama dengan pemilik 14 gedung besar dalam wilayah Kota Banda Aceh, proses kerjasama akan dilakukan secara bertahap dengan seluruh pemilik/pengelola bangunan gedung dalam wilayah Kota Banda Aceh dengan prioritas utama adalah bangunan gedung yang rawan terhadap kebakaran dan merupakan bangunan publik
Kerjasama yang dilakukan meliputi fasilitasi pelatihan, workshop, simulasi kebakaran dan bantuan teknis pemeriksaan alat proteksi kebakaran, dengan upaya ini diharapkan para pemilik atau pengelola bangunan gedung memiliki kemampuan dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran di tempatnya.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh, M Nurdin, S.Sos, Kamis (28/2/2019) mengatakan saat ini pihaknya terus menumbuhkan kesadaran bahwa menjadi petugas Dinas Pemadam Kebakaran bukan hanya tugas semata. Namun, tambahnya, dia harus sadar bahwa petugas Dinas Pemadam Kebakaran adalah pahlawan yang selalu ditunggu-tunggu kehadirannya oleh warga, terutama pada saat terjadi kebakaran. Sesuai dengan motto ” Pantang Pulang Sebelum Api Padam Walaupun Nyawa Taruhannya “.
“Tentu simulasi yang akan kita lakukan ini bersifat simulasi secara gratis,” ungkap Nurdin.
Dibawah kepemimpinan Nurdin, Pemadam akan selalu terbuka dan siap bekerjasama dengan semua pihak manapun.
“Jadi kita sudah saatnya mendekatkan diri dengan masyarakat,” ujarnya.
Selain itu, peningkatan kapasitas bagi anggota pemadam juga ditingkatkan, karena mereka memiliki komitmen “pantang pulang sebelum api padam”. Artinya, setiap hari anggota Dinas Pemadam Kebakaran selalu dituntut agar siap siaga menghadapi hal-hal yang akan terjadi.
Nurdin mengaku, selalu menyampaikan motivasi kepada anggotanya dan menyampaikan pentingnya doa dalam setiap awal pelaksanaan tugas, Sebab, tugas dari Dinas Pemadam Kebakaran harus sigap dan reaksi cepat dalam merespon kebakaran yang datang secara tiba-tiba
“Jadi, kekuatan doa itu menjadi sebuah dasar dalam menjalankan tugas kami sehari-hari.” Pungkas Nurdin saat diwawancarai diruang kerjanya.
Menurutnya, untuk Coverage Layanan, Banda Aceh dibagi lima titik pos, selain pos induk yang terletak di Geuceu Menara, ada empat pos pembantu yang terletak di Gampong Pango, Krueng Cut, Pelangi Gampong - Mulia, Rusunawa Keudah dan Asoe Nanggro, dengan asumsi mampu menjangkau dan memberikan layanan dengan response time di bawah 15 menit sejak diterima pengaduan, bahkan kita mampu melayani sebagian wilayah Aceh Besar.
“Alhamdulillah karena Banda Aceh tidak terlalu luas, dengan 5 WMK (Wilayah Manajemen Kebakaran) dan jarak terjauh terjauh dari WMK tidak lebih dari 7 km, kami mampu memberikan layanan tidak lebih dari 10 menit sampai di lokasi kebakaran. Berarti lebih cepat dari SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang ditetapkan secara nasional. Sejak diterima pengaduan dan sampai kelokasi itu semuanya tidak lebih dari 10 menit.” Pungkas Nurdin.
Dikatakannya, saat ini sejumlah simulasi penanggulangan dan sosialisasi kebakaran rutin dilakukan pihaknya, mulai dari sosialisasi bagi siswa sekolah hingga sosialisasi lainnya. Sesuai dengan misinya membangun sistem penanggulangan kebakaran dan rescue yang handal, terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh, meningkatkan kualitas sumber daya aparatur dalam penanggulangan kebakaran, menciptakan kondisi yang aman/melindungi masyarakat melalui pengurangan risiko bencana kebakaran.
Untuk 2018, kejadian kebakaran yang terjadi sebanyak 77, diantaranya Banda Aceh sebanyak 51 kejadian dan Aceh Besar sebanyak 26 kejadian. (Sbr)
Post a Comment