Rafli Kande yang di dampingi Roni Ahmad Bupati Pidie bersama tokoh masyarakat setempat dalam agenda "Sawe Gampong" di menasah Gampong Paya Linteung Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie Sabtu lalu |
PIDIE | Anggota komite III DPD RI, Rafli Kande bersama Bupati Pidie, Roni Ahmad turun
langsung ke masyarakat dalam agenda "saweu gampong", Sabtu lalu di halaman Meunasah gampong Paya Linteung, kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie.
Kehadiran
Rafli Kande seakan memberi makna tersendiri bagi Bupati Pidie yang akrab disapa
Abu Syik itu. Secara spontan Abu Syik memberikan peci merah yang dipakainya
kepada Rafli Kande dan memakai peci merah lainnya.
Peci
merah itu tentunya bukan sebatas cenderamata biasa, namun hal itu merupakan
salah satu yang sangat identik dengan Abu Syik, walaupun Abu Syik tidak
memberikan penjelasan kenapa peci yang dipakainya itu kepada Rafli.
Masyarakat
yang berhadir diberikan kesempatan langsung untuk melakukan diskusi dengan Roni
Ahmad dan Rafli Kande.
Mewakili
masyarakat, Pj Camat Pidie, Miswar meminta Abusyik untuk menyelesaikan masalah
pengairan lahan masyarakat dengan membangun sebuah waduk.
Menurut
Miswar, masyarakat di daerah tersebut mayoritas adalah petani. Namun, petani
tidak bisa mengaliri air ke sawahnya.
Sebelum
menjawab pertanyaan masyarakat, Abu Syik mengatakan, kehadirannya di
gampong-gampong merupakan upaya melihat dan mendengar langsung persoalan yang
ada di masyarakat.
"Nyoe
kaleuh lon peugah watee sigohlom jeut keu bupati, maka lon harus penuhi,"
tutur Abu Syik.
Bagi
Abu Syik, dirinya hanyalah pelayan masyarakat yang berupaya siang dan malam
melakukan yang terbaik untuk masyarakat Pidie.
"Awak
droen bandum masyarakat Pidie adalah raja lon," ujar Abu Syik.
Menjawab
permintaan masyarakat terkait persoalan waduk, Abu Syik justeru terlebih dahulu
menyarankan masyarakat untuk mengutamakan sumber air.
"Waduk
nyan nomor dua, karena waduk nyan kon sumber air, tapi untuk menampung dan
menyalurkan air. Yang leubeh penting kiban cara na sumber air," kata Abu
Syik.
Untuk
itu, Abu Syik menyarakankan masyarakat untuk melakukan penghijauan, dan menanam
pohon sebanyak mungkin. Untuk apa waduk jika tidak ada sumber air, maka tanami pohon sebanyak-banyaknya
agar bisa menyerap banyak air sebagai sumber energi untuk pertanian kita, apa
lagi saat ini didukung dana desa,” tambahnya.
Selain
itu, Abu Syik menyinggung persoalan gas elpiji yang selama ini menjadi keluhan
di masyarakat.
Ia
menekankan agar masyarakat tidak dimanjakan dengan perkembangan teknologi.
Sebelumnya tidak ada gas masyarakat juga bisa hidup, masyarakat masih memasak
dengan menggunakan kayu.
Ia
juga mengajak masyarakat untuk senantiasa menjaga budaya Aceh yang merupakan
warisan para pendahulu. "Jeut
neu pake ata gob, tapi bek neukeubah ata endatu. Woe bak asai mula," tegas
Abu Syik.
Ia berharap agar semua pihak tetap berpegang teguh kepada aturan, sehingga apa
yang dicita-citakan dapat terwujud.
Sementara
itu, Rafli kande mengajak masyarakat untuk tetap memegang kuat budaya Aceh.
"Sebagaimana
yang disampaikan Abu Syik tadi. Makanya, kita harus tetap menjadi orang kampung
namun tidak kampungan. Di dalam syair-syair saya juga menyebutkan hal tersebut,
salah satunya bagaimana kita hendaknya mematuhi aturan-aturan yang ada,"
ungkap Rafli sembari menyampaikan syair lagu "gisa bak punca" yang
disambut dengan tepuk tangan masyarakat .
Rafli
juga berharap agar pemkab pidie bisa senantiasa bersinergi untuk mendikusikan
persoalan-persoalan masyarakat sesuai dengan tupoksi yang dimilikinya.
"Walaupun
peran DPD RI saat terbatas tetapi saya akan terus melakukan semaksimal mungkin
yang bisa saya lakukan untuk Aceh sesuai dengan bidang saya di komite III DPD
RI," jelas Rafli sambil menguraikan tugas dan fungsi DPD RI yang
disebutnya "fungsi tidak sesuai legitimasi".
Menurut
amatan dilokasi, kegiatan tersebut turut di hadiri asisten II Sekdakab,
sejumlah SKPK, Camat Pidie, Imum Mukim, Keuchik-kechik, perangkat gampong dan
ratusan masyarakat setempat.
Post a Comment