BANDA ACEH | Mahasiswa perguruan tinggi swasta Abuyatama Aceh Besar, menggelar ngopi Milenial, terkait dengan reorientasi peran Lembaga Wali Nanggroe
berdasarkan UUPA di Caffee 3 ln l Lampineng Banda Aceh, Senin (24/12/2018)
Diskusi ini, membahas peran pemuda dan mahasiswa dalam menggawal kekhususan Aceh
yang sangat penting, jangan sampai lembaga wali nangroe dicatat oleh generasi
kedepan sebagai lembaga yang gagal.
Ketua Institut Peradaban Aceh, Haikal Afifa melihat permasaalahan hari ini terkait isu Wali Nanggroe adalah
permasaalahan politik, bukan semata mata permasaalahan hukum,
“Sosok Wali Nanggroe Malik Mahmud saya lihat pemikirannya sangat dinamis, tetapi
sayang terlalu banyak “cukong –cukong” disamping dia”, ujar Haikal
Adapun
para narasumber yang hadir, yaitu Ketua Institut Peradaban Aceh, Haikal Afifa,
Presiden Mahasiswa Unaya Rahmatun Phounna, Tokoh Perdamaian Aceh, Zakarian Salman, DPD RI Rafli Kande, Ketua Lembaga Konsultasi dan bantuan hukum (LKBH) FKH Unsyiah Kurniawan S,SH., LL.M, yang juga akademisi Hukum Unsyiah dan DPD KNPI Aceh yang diwakili
oleh penggurus
“Acara
ngopi bareng hari ini diseponsori oleh Mak Rah Pireng, produk lokal sabun cair untuk
cuci piring yang dibuat mengunakan bahan dari buah belimbing. Sekalian juga mereka mempromosikan
produknya di acara ini”, ujar Rahmatun Phounna mahasiswa kedokteran
semester 7 Universitas Abuyatama.
Selesai
acara ngopi Milenial, Zakaria Saman selaku tokoh perdamaian Aceh, yang lebih
akrap disapa Apa karya, saat ditanyai wartawan menurut sudut pandang Apa Karya
mengenai kedudukan Walinanggroe sekarang ini
Apa Karya
menjawab, “Meuno peu yang galak ipeuget laju keudroe, peu yang galak, uroejeh
lon yang boh”, ujar Apa Karya berbahasa Aceh. Yang dalam bahasa Indonesianya, begini, apa yang
dia suka ia buat terus sendiri, apa yang suka, dulu saya yang tarok. Ujar Apa karya mengakhiri wawancara.
Post a Comment