Ilustrasi Pelecehan Seksual
|
BANDA ACEH | Ekspresi duka bercampur emosi meluap dari wajah
keluarga pasien pasca operasi yang menjadi korban dugaan pelecehan seksual
oknum petugas Cleaning Servis (CS) di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin (RSUDZA)
Banda Aceh.
Aksi bejad kejahatan seksual yang diduga dilakukan SR
(19) terhadap pasien RSUDZA menimpa FS (17), sesaat setelah menjalani operasi
THT di rumah sakit plat merah itu. Kejadian tersebut diketahui pihak keluarga
korban pada 5 Oktober 2017, sekira pukul 13.00 WIB, melalui pengakuan korban.
"Anak saya mengaku diremas -remas dan dihisap bagian atas perutnya oleh pelaku", ungkap keluarga korban, Rahayu, kepada Reportase Global disaksikan Advokad YARA, Zubir SH, Rabu Malam 11 Oktober 2017.
Ayu menuturkan, saat pelecehan itu terjadi,
keponakannya dalam keadaan baru siuman dan tidak dapat membela diri, akibat
masih dibawah pengaruh obat pasca operasi yang baru saja dijalaninya. Sedangkan
dalam masa itu, biasanya pihak keluarga tidak dibenarkan menjaga pasien dalam
ruang dan jarak tertentu.
"Dia panggil saya, dia bilang 'Bun, punya kakak
dipegang - pegang dan dihisap. Mulanya saya tidak yakin, tapi dia terus berupaya
meyakinkan saya, sampai akhirnya saya panggil perawat", ungkap Ayu.
Tak hanya itu, FS juga menjelaskan kepada Ayu, usai
pelaku meremas dan menghisap bagian atas tubuh korban, pelaku sempat
memperbaiki selang oksigen yang terpasang pada hidung korban, menutup tirai
ruangan dan kemudian kembali mengulangi aksi bejadnya lebih jauh lagi.
"Pelaku sempat bilang, gimana enak oksigen?
kemudian dia tutup tirai ruangan, lalu dia lanjutkan lagi aksi bejadnya itu.
Sementara itu, anak saya memakinya dalam hati, namun dia tidak berdaya,
suaranya tidak keluar dan dia tidak mampu menggerakkan tubuhnya
sedikitpun", ungkap Ayu.
Setelah peristiwa itu berlangsung, FS mengeluhkan rasa
nyeri di bagian dadanya kepada Ayu, dan FS sempat mengungkap ciri pelaku lewat
baju yang dikenakan pelaku.
"Dia bilang itunya nyeri, dan dia juga bilang
pelaku menggunakan baju warna hijau, tapi saat saya minta contoh baju ke pihak
RS, mereka menolak", kata Ayu.
Terkejut akibat peristiwa itu, Ayu pun langsung
melaporkan kejadian itu kepada pihak RS, keesokan harinya, 6 Oktober 2017, Ayu
beserta pihak keluarga korban bertemu dengan Direktur dan sejumlah Staf RSUDZA.
Dalam pertemuan itu menurut Ayu, Direktur RSUDZA menawarkan upaya damai dan
menyelesaikannya secara kekeluargaan.
"Saya masih ingat, Direktur RSUDZA bilang, 'saya
sudah campakkan itu pelaku, sudah saya kembalikan ke Mamak - Bapaknya, saya
nggak mau lihat muka dia lagi,' dan dia juga bilang, pihak manajemen RSUDZA
minta maaf, ya intinya mereka minta maaf, namun tidak mengungkap siapa pelaku
dan tidak menghadirkannya", terang Ayu.
Ayu sendiri mengaku sangat kecewa, karena pihak RSUDZA
dan perusahaan penyedia tenaga kerja Outsourching yang menyodorkan tenaga kerja
kontrak di rumah sakit itu, terkesan memandang sepele kejahatan seksual yang
dialami keponakannya yang masih dibawah umur tersebut.
"Kami sangat sedih dan kecewa, mereka hanya
minta maaf, keponakan saya sudah kacau psikologisnya begini, mereka hanya minta
maaf, bagaimana kalau anak mereka yang mengalaminya, apa cukup hanya dengan
minta maaf?" ketus Ayu.
Ayu mengungkapkan, akhirnya pihaknya sempat bertemu
dengan pihak keluarga pelaku, bahkan dengan pelaku sendiri yang pada saat itu
sempat mengakui semua perbuatannya, namun upaya damai pun akhirnya terbentur
jalan buntu.
"Di depan kami, pelaku sempat mengakui semua
perbuatannya dan minta maaf, demikian juga dengan keluargnya, namun kami berat
menerima kejadian ini begitu saja, karena keluarga terutama anak kami sangat
terpukul akibat trauma berat" ungkap Ayu.
Kepada Reportase Global, Pihak keluarga korban
mengatakan, telah melaporkan kasus dugaan pelecehan seksual oknum petugas
kebersihan RSUDZA itu ke Polda Aceh pada Senin 9 Oktober 2017 lalu.
"Korban ingin pelaku diproses hukum, kami sudah
lapor, dan kami mendesak pihak kepolisian membantu segera menangkap
pelaku, kami khawatir dia melarikan diri", tegas Ayu.
Sementara itu menurut informasi keluarga, korban
sudah keluar dari RS sejak 6 Oktober lalu, dan sempat dibawa ke psikolog
akibat trauma berat yang dialaminya.
Dan saat media ini hendak mengkonfirmasi informasi
tersebut ke Dirut RSUDZA, Kamis (12/10/2017) media ini diminta menunggu, sebab
saat itu pihak direksi sedang memimpin rapat dan kemungkinan akan berlangsung
hingga sore hari.
"Pak Dirut sedang rapat pak, mungkin sampai
sore, nanti kami sampaikan kepada beliau, sebab kami tidak tahu persis
persoalannya, mungkin anda bisa kembali lagi atau nanti kami kabari", kata
Staf Humas RSUZA, Anton, yang tak lama dihampiri Kasubag Humas RSUDZA,
Rahmadi,Skm.
Kemudian sekira pukul 20.00 WIB, Direktur RSUDZA dr.
Fachrul Jamal, Sp.An.KIC, melalui Staf Humasnya, Anton, menghubungi media ini
melalui telepon seluler dan membenarkan telah terjadinya pelecehan terhadap
pasien yang dilakukan petugas kebersihan di RS tersebut.
"Benar kejadian itu memang ada, ini saya hanya
mencuplik keterangan Direktur saya. Kedepan kita akan lebih berhati - hati lagi
soal tenaga kerja dari rekanan, dan itu petugas kebersihan hanya bertugas
sesuai tugasnya saja, tidak ada hubungannya dengan pasien," ujar Anton
mengutip pesan Direktur RSUDZA.
Anton melanjutkan, menurut Direktur RSUDZA, sebelumnya
sudah ada kesepakatan dengan keluarga korban untuk tidak menaikkan masalah ini,
dan sudah dimediasi untuk jalan damai dan komit tidak mempublikasikannya ke
media, sebab kasihan korban dan keluarga," terang Anton meneruskan pesan
Direktur RSUDZA.
Keluarga Korban |
Anton menegaskan, bahwa pihak RSUDZA melalui kebijakan
direksi juga sudah menindak pelaku dan menegur pihak rekanan penyedia tenaga
kerja.
"Sebagai tanggungjawab moral dari RSUDZA, pihak
manajemen tidak mengizinkan lagi pelaku bekerja di rumah sakit, dan juga sudah
menegur pihak rekanan, kita juga sudah menyampaikan permohonan maaf secara
resmi kepada keluarga korban saat itu," kata Anton mengutip pernyataan
Direktur RSUDZA.
Adapun mengenai upaya pihak korban melaporkan kasus
tersebut ke pihak kepolisian, menurut Anton itu merupakan hak keluarga korban
tersebut.
"Itu kan hak keluarga korban, cuma komitmennya
sebelumnya kan tidak dipublikasi", ujar Anton setelah kembali berupaya
menghubungi pihak keluarga korban satu jam sebelumnya.
Sebelumnya, media ini juga sempat berupaya menggali
informasi dari berbagai sumber yang ada di rumah sakit tersebut, terutama dari
beberapa ruangan yang diduga sebagai tempat kejadian. Dari penelusuran itu,
media ini berhasil memperoleh informasi bahwa kejadian tersebut diketahui
beberapa petugas RSUDZA tempat FS pernah dirawat.
"Ya, kami tahu kejadian itu, tapi kami tidak
lihat, coba tanyakan ke ruang operasi, sebab bukan di ruang ini," kata
petugas bagian informasi salah satu ruang pemulihan pasca operasi di RSUDZA
yang tidak ingin dipublikasi.
Di ruang lain, saat di tanya ke beberapa
petugas, mereka menolak berkomentar soal pertanyaan yang diajukan. Petugas
informasi di ruangan tersebut juga sempat meminta identitas jurnalis, namun
tidak memberi keterangan apapun.
"Sebaiknya bapak temui dan tanyakan ke atasan
kami", sebut petugas wanita tersebut. Namun saat itu pihak atasan yang
dimaksud sedang tidak berada di tempat karena jadwal makan siang. (Sumber
: RG)
Post a Comment