BANDA ACEH | Pengurus Wilayah Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PW MABMI) Atjeh Darussalam resmi dilantik. Proses pelantikan tersebut berlangsung sukses yang dilaksanakan di Halaman Sekretariat Ist Darul Ihsan, Banda Aceh, Minggu (17/2/2019).
Ketua PW MABMI Aceh Darussalam Periode Tahun 2018 -2022 Dato’ Dr (Hc) Maimun Ibrahim, M.Si bersama para pengurus dilantik oleh Ketua umum Ketua Umum PB MABMI Dato' Seri H Syamsul Arifin SE yang dihadiri Pemangku Pewaris Kerajaan Atjeh Darussalam yang Mulia Sri Paduka Tuanku Muhammad I (ZN) Pemangku Raja Muda Tanah Karo, Deli dan Pemangku-pemangku Raja Muda yang ada di Aceh, turut hadir juga yang mewakili Forkopimda Aceh, Gubernur Aceh, Walikota Banda Aceh, Kepala Dinas Syariat Islam Aceh, serta para tamu undangan lainnya.
Dalam sambutannya, Ketua PW MABMI Atjeh Darussalam Dato’ Maimun Ibrahim, dalam kata sambutannya mengatakan, dengan adanya pengurus MABMI Aceh ini diharapkan menjadi ujung tombak melayu untuk bersatu, dalam iman dan ketaqwaan terhadap Allah SWT.
Aceh ini adalah negeri yang subur, ini harus sama-sama kita bangun dengan konsep kasih sayang, dimana didalamnya saling berbagi peran untuk mencapai kesejahteraan sesuai dengan keilmuannya dan profersi masing-masing.
Pihaknya juga akan melakukan berbagai macam program, diantaranya dalam mengatasi kemiskinan dan pengangguran di Aceh. “Program ini sangat penting karena selama ini ada masalah yang belum selesai, kalau selama ini pendidikan, kesehatan insya Allah sudah ada sampai kepelosok kampung, tinggal dari segi ekonominya saja”, pungkas Dato’ Maimun.
Sementara itu, Gubernur Aceh yang diwakili Kepala Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Aceh Zahrul Fajri, SAg, MA dalam sambutannya menyampaikan, dalam percaturan kebudayaan ini, ada empat kekuatan yang saling merebut pengaruh satu dengan yang lainnya, yaitu kebudayaan barat yang berpusat di Amerika dan Eropa, kebudayaan hindu yang berpusat di hindia, kebudayaan budha yang berpusat di china dan kebudayaan islam yang pusat peradabannya telah ada sejak jatuhnya kerjaan islam di spanyol dan bagdad atau irak, salah satu lokasi perserakan budaya islam itu terdapat di asia tenggara yang di kenal dengan beradaban melayu.
Menurutnya, melayu tidak bisa dipisahkan, dikarenakan tumbuh dan berkembang secara bersama-sama, itu sebabnya jika disebut budaya melayu pasti selalu dikaitkan dengan dunia islam. Masyarakat melayu ini memiliki banyak cendikiawan cerdas di dunia, budaya yang masih lestari, dan banyak peninggalan sejarah sebagai identitas diri dan pahlawan sebagai tokoh panutan.
Semua ini merupakan kekayaan yang tidak boleh disia-siakan, karena itu diperlukan gerakan sama-sama untuk mendorong agar dunia melayu dan islam untuk terus Berjaya ditengah budaya yang berkembang saat ini.
Zahrul Fajri menambahkan, pada masa kerjaan Aceh dulu, tanah melayu sempat berjaya ketika menguasai kawasan malaka sebagai pusat perdagangan dunia, pada waktu itu kerjaan Aceh Darussalam sempat menjadi peradaban islam di asia tenggara, melalui para tokoh Aceh pula bahasa melayu diperkenalkan ke berbagai wilayah asean, karena itu berbicara bahasa melayu diwilayah Asia tenggara maka peran Aceh tidak boleh dikesampingkan.
hal ini menunjukkan bahwa Aceh punya sejarah yang kuat dalam membangun peradaban melayu ini, akan tetapi seiring perubahan zaman sebagaimana budaya tradisional lainnya, budaya melayu juga mengalami pasang surut, pengaruh globalisasi membuat budaya ini mulai terkontaminasi budaya lain, jika tidak dirawat budaya melayu ini berpotensi melebur didalam global yang banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi komunikasi. Karena itu, perlu upaya bersama dari bangsa melayu untuk menjaga dan melestarikan budaya kita ini.
“Kehadiran MABMI sangat dibutuhkan dalam merawat eksistensi melayu dinegeri ini, sudah pasti budaya islam mampu bangkit dengan menjadikan asia tenggara apesentrumnya. Itu sebabnya kekompakan melayu perlu diperkuat sehingga budaya melayu senantiasa lestari,” pungkas Kepala Biro Isra.
Post a Comment