Isra Miraj
merupakan fenomena keagungan Allah swt yang tiada tara. Karena peristiwa
tersebut, sangat menampakkan kebesaran Allah sebagai zat yang Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Sebuah perjalanan agung yang Allah dokumentasikan di dalam
Alquran, dan bisa kita baca penjelasannya di dalam riwayat hadits-hadits
shahih.
“Maha suci Allah yang telah
memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari masjidil haram ke masjidil aqsa
yang telah kami berkahi sekelilingnya yang telah kami berkah sekelilingnya agar
kami perlihatkan padanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran kami. Sesungguhnya
Dia maha mendengar lagi maha melihat.” (QS. Al-Isra : 1)
peristiwa
mulia ini diawali oleh kedatangan malaikat jibril, yang membedah dada
Rasulullah saw, sekaligus membersihkannya. Malaikat jibril pun tak lupa untuk
mengisi dada nabi dengan iman dan hikmah.
Adapun
perjalanan diawali, ketika nabi Muhammad pergi dari masjidil haram (mekkah)
menuju masjidil aqsa (baitul maqdis) menggunakan buraq. Secara bahasa sendiri,
buraq memiliki arti kilat. Karena makhluk Allah yang bernama buraq ini dapat
melesat sejauh mata memandang secepat kilat.
Setelah
buraq mendaratkan rasul saw di masjidil aqsho, rasul saw melakukan shalat 2
rakaat di Baitul Maqdis. Adapun setelah rasul melaksanakan salat, malaikat
jibril datang membawa dua gelas. Gelas satu berisi susu, dan gelas kedua berisi
khamr. Lalu jibril menawari salah satu, hingga akhirnya rasul memilih untuk
mengambil segelas susu. Dan malaikat Jibril mengatakan,”Engkau dalam kesucian,
sekiranya kau pilih khamr, sesatlah umat engkau”. Begitulah fase isra
(perjalanan) dari masjidil haram ke masjidil aqsa berlangsung.
Setelah
mendarat di baitul maqdis, rasul saw melanjutkan perjalanan menuju langit. Pada
fase ini terjadilah mi’raj (tangga). Karena rasul menaiki tangga dari langit
kesatu hingga langit ketujuh, hingga sidratul muntaha. Di langit tingkat kesatu
rasul bertemu nabi Adam, dan nabi adam membekali rasul doa.
Di
langit tingkat kedua rasul bertemu dengan nabi Isa dan nabi Yahya, dan mereka
berdua juga membekali rasul saw doa. Di langit tingkat ketiga rasul bertemu
dengan nabi Yusuf, dan di sana nabi Yusuf memberi sebagian ketampanannya kepada
rasul saw. Nabi Yusuf juga tak lupa membekali rasul saw doa kebaikan.
Di
langit tingkat keempat rasul saw bertemu nabi Idris, dan nabi Idris juga tak
lupa membekali rasul doa agar senantiasa diberi kebaikan dalam setiap urusan.
Di langit tingkat kelima rasul bertemu dengan nabi Harun, dan nabi Harun juga
membekali rasul doa. Di langit tingkat keenam rasul saw bertemu dengan nabi
Musa, dan nabi Musa pun tak lupa membekali rasul doa. Dan di langit tingkat
ketujuh, barulah rasul saw bertemu nabi Ibrahim.
Di
langit tingkat ketujuh, nabi Ibrahim sedang bersandar ke Baitul Ma’mur. Baitul
Ma’mur sendiri merupakan tempat yang Allah sediakan untuk para malaikat.
Sehingga tak kurang dari 70.000 malaikat masuk ke dalam setiap harinya. Dan di
langit tingkat ketujuh ini nabi Ibrahim mengajak rasul saw ke sidratul muntaha.
Dan di sidratul muntaha inilah, rasul saw berdialog langsung dengan Allah swt.
Adapun
peristiwa turunnya perintah untuk mengerjakan shalat 5 kali sehari semalam
ialah pada fase ini. Karena sebelumnya syariat shalat dikerjakan 50 kali sehari
semalam. Fenomena inipun tidak terlepas dari saran nabi Musa ketika bertemu
rasul di langit, yang mengatakan ’Kembalilah kepada tuhanmu, umatmu tidak akan
kuat melaksanakan perintah (shalat 50 waktu) itu’. Begitulah fase mi’raj
berlangung..
Adapun makna yang dapat kita petik dari perjalanan Isra Mi’raj rasul saw adalah;
Turunnya mukjizat sekaligus
syariat
Tidak
bisa kita bayangkan betapa Allah swt membuat fenomena Isra’ Mi’raj ini
sedemikian hebatnya. Peristiwa buraq yang dapat melesat dengan sangat cepat,
pertemuan rasul dengan malaikat Jibril, bahkan pertemuan rasul dengan Allah swt
di sidratul muntaha; membuat kita semakin mempercayai mukjizat para nabi yang
Allah titipkan kepada mereka. Khususnya rasulullah saw.
Adapun
fenomena turunnya syariat, dapat kita lihat saat Allah memerintahkan shalat
dilakukan sebanyak 5 kali sehari semalam. Dan hal itu sangat kita rasakan
sekali manfaatnya di kehidupan saat ini, di mana manusia saat ini dengan segala
perkembangan yang ada, masih banyak yang lalai mengerjakan shalat. Padahal
sudah dipotong menjadi 5 kali, bayangkan jika Allah masih memberlakukan shalat
50 kali sehari semalam. Sehingga kitapun menyadari, bahwa Allah swt lebih
memahami keterbatasan semua makhluknya. Sehingga kewajiban yang Allah
berlakukan, pasti masih dalam batas kesanggupan umat manusia.
Pengembaraan Iman
Pengembaraan
iman dapat nampak dari pertemuan rasul dengan malaikat, nabi-nabi, dan Allah
swt. Karena fenomena pertemuan-pertemuan yang ada pada perjalanan rasul di Isra
Mi’raj, sangat meneguhkan keimanan. Belum lagi pendokumentasian kisah Isra
Mi’raj ini sangat jelas disebutkan secara redaksional di dalam Alquran.
Sehingga fase-fase yang terjadi pada perjalanan Isra Mi’raj banyak yang
menjelaskan mengenai peneguhan Iman. Bahwa keimanan kepada Allah, malaikat,
rasul, dan kitab suci itu mutlak adanya.
Penyucian Jiwa
Penyucian
jiwa dapat kita lihat saat malaikat Jibril mensucikan jiwa rasul, yang terjadi
pada awal perjalanan Isra berlangsung. Dan malaikat Jibril pun tidak hanya
menyucikan, tetapi juga menambahkan iman dan hikmah ke dalam dada rasul saw.
Sehingga keimanan seorang rasul pun lebih menghujam. Adapun penjelasan
sederhana mengenai penyucian jiwa, memiliki keterkaitan dengan hakikat
penambahan ilmu dan Iman yang rasul alami. Dan hal ini juga berlaku untuk
seluruh manusia. Bahwa pada akhirnya, iman dan ilmu itu akan lebih mudah
meresap kepada manusia yang memiliki jiwa yang suci.
Begitulah
pesan spititual dari peristiwa Isra Mi’raj. Secara hakikat, jelaslah bahwa
peristiwa ini merupakan mukjizat nabi, sekaligus momentum penurunan syariat.
Adapun secara maknawi, pesan yang disampaikan ialah pengembaraan iman dan
penyucian jiwa. Terlebih lagi Isra Mi’raj yang terjadi pada akhir bulan rajab
(27 Rajab), dapat menjadi modal spiritual bagi seluruh umat muslim, sebelum
menghadapi bulan suci Ramadhan.
Karena
apalah arti perjalanan rasul, tanpa sebuah pentadabburan yang mendalam. Apapula
arti pentadabburan mendalam, tanpa pemahaman yang bertambah. Dan yang
terpenting, apalah arti pemahaman yang bertambah, tanpa penambahan iman dan
implementasi amal yang nyata.
Post a Comment