BANDA
ACEH |
Hambo merupakan sebuah ungkapan yang mengandung makna besar bagi masyarakat
Aceh yaitu suatu proses psikis dan melahirkan sebuah perbuatan yang harus
dilakukan segera serta didukung oleh sikap keberanian kemandirian dalam kondisi
tertentu. Tema besar “HAMBO”, itu tercermin dalam program-program AFF 2016.
yang di gelar mulai 19 hingga 21 0ktober. di aula Gedung BKPP Jalan
Panglima Nyak Makam Lampineung Banda Aceh
Adapun
alasan pilihan tema tersebut sebagai bentuk ruang refleksi atas apa yang telah
terjadi di Aceh terutama persoalan HAM yang pernah terjadi di Aceh, sehingga
mampu melahirkan sikap yang berani berpikir, berani memilih, mandiri dalam
berbuat melalui proses dialektika seluruh pelaku seni terutama komunitas yang
mencintai film sebagai ruang alternative dalam mewujudkan tema tersebut.
Aceh
Film Festival pertama kali diadakan pada tahun 2015 yang diinisiasi oleh Aceh
Documentary dan ikut serta beberapa komunitas seni serta komunitas fllm di
Banda Aceh yang gelisah dengan kondisi sosial dan budaya di Aceh yang
notabenenya sebagian anak muda cenderung suka pada wacana dan praktik politik
sebagai panglima.
Gampong
film merupakan sebuah bentuk tontonan layar tancap dan sebagai bentuk apresiasi
masyarakat terhadap film sineas local dan nasional, yang sudah di selenggarakan
dengan konsep melakukan pemutaran di 11 (sebelas) Kabupaten/Kota di Aceh
yang berlokasi dikawasan Gampong (desa).
Pimpinan
redaksi Cienema Poetica, Adrian Jonathan Dalam realese yang diterima via e-mail
Aceh News, Rabu (19/10/2016) menyampaikan, penonton film melihat sebuah film
dari sudut pandang kritis dan kerangka sistematika kritik. film tidak sebatas
tontonan ada alur kerja dan birokrasi yang mengatur guna bentuk, serta waktu,
jangkauan, dan kemungkinan kehadirannya di ruang publik
Hadir
pada kesempatan tersebut Teuku Rifnu Wikana Aktor nasional dari berbagi
pengalamannya di dunia akting diperuntukkan untuk komunitas film Fiksi dan
teater, dalam mendalami dan menguatkan pengetahuan serta mendukung dan
mengakomodir permasalahan-permasalahan keaktoran yang di hadapi Sineas Aceh
Program
ini memutarkan film-film terbaik (film tamu) dari dalam dan luar negeri. Dan di
akhir pemutaran akan dilanjutkan diskusi bersama dengan pembuat film. kegiatan
ini merupakan forum sharing tukar informasi dan pengalaman dengan seluruh
komunitas film Indonesia dan diskusi dengan Film Maker Nasional dan Lokal.
Pada
malam apresiasi penganugerahan kepada insan perfilman Aceh. Malam Award Nigth
juga menampilkan beberapa hiburan dan terbuka untuk umum yang akan dilaksanakan
Sabtu, 22 Oktober 2016 Malam
BANDA
ACEH |
Hambo merupakan sebuah ungkapan yang mengandung makna besar bagi masyarakat
Aceh yaitu suatu proses psikis dan melahirkan sebuah perbuatan yang harus
dilakukan segera serta didukung oleh sikap keberanian kemandirian dalam kondisi
tertentu. Tema besar “HAMBO”, itu tercermin dalam program-program AFF 2016.
yang di gelar mulai 19 hingga 21 0ktober. di aula Gedung BKPP Jalan
Panglima Nyak Makam Lampineung Banda Aceh
Adapun
alasan pilihan tema tersebut sebagai bentuk ruang refleksi atas apa yang telah
terjadi di Aceh terutama persoalan HAM yang pernah terjadi di Aceh, sehingga
mampu melahirkan sikap yang berani berpikir, berani memilih, mandiri dalam
berbuat melalui proses dialektika seluruh pelaku seni terutama komunitas yang
mencintai film sebagai ruang alternative dalam mewujudkan tema tersebut.
Aceh
Film Festival pertama kali diadakan pada tahun 2015 yang diinisiasi oleh Aceh
Documentary dan ikut serta beberapa komunitas seni serta komunitas fllm di
Banda Aceh yang gelisah dengan kondisi sosial dan budaya di Aceh yang
notabenenya sebagian anak muda cenderung suka pada wacana dan praktik politik
sebagai panglima.
Gampong
film merupakan sebuah bentuk tontonan layar tancap dan sebagai bentuk apresiasi
masyarakat terhadap film sineas local dan nasional, yang sudah di selenggarakan
dengan konsep melakukan pemutaran di 11 (sebelas) Kabupaten/Kota di Aceh
yang berlokasi dikawasan Gampong (desa).
Pimpinan
redaksi Cienema Poetica, Adrian Jonathan Dalam realese yang diterima via e-mail
Aceh News, Rabu (19/10/2016) menyampaikan, penonton film melihat sebuah film
dari sudut pandang kritis dan kerangka sistematika kritik. film tidak sebatas
tontonan ada alur kerja dan birokrasi yang mengatur guna bentuk, serta waktu,
jangkauan, dan kemungkinan kehadirannya di ruang publik
Hadir
pada kesempatan tersebut Teuku Rifnu Wikana Aktor nasional dari berbagi
pengalamannya di dunia akting diperuntukkan untuk komunitas film Fiksi dan
teater, dalam mendalami dan menguatkan pengetahuan serta mendukung dan
mengakomodir permasalahan-permasalahan keaktoran yang di hadapi Sineas Aceh
Program
ini memutarkan film-film terbaik (film tamu) dari dalam dan luar negeri. Dan di
akhir pemutaran akan dilanjutkan diskusi bersama dengan pembuat film. kegiatan
ini merupakan forum sharing tukar informasi dan pengalaman dengan seluruh
komunitas film Indonesia dan diskusi dengan Film Maker Nasional dan Lokal.
Post a Comment