Direktur Program USAID PRIORITAS Stuart Weston, sedang mengamati gambar hasil karya siswa
kelas V SDN Ngoto Yogyakarta, Senin (19/92016) yang
ditempel di dinding sekolahnya
Kegiatan ini
dilaksanakan di Yogyakarta, Senin (19/92016) selama 6 hari yang dibagi dua
angkatan untuk fasilitator pembelajaran SD/MI dan SMP/MTs
“Banyak fasilitator yang masih sulit
menemukan hal-hal dalam pemecahan masalah pada proses pembelajaran yang mereka
dampingi. Mereka juga kesulitan memberi masukan untuk perbaikan pembelajaran.
Untuk itu kami melatih fasilitator agar mampu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
sebuah pembelajaran, dalam melakukan pendampingan terhadap guru”, itu terlihat dari
hasil pengamatannya, kata Stuart Weston Direktur Program USAID PRIORITAS di
sela-sela acara.
Pada pelatihan tersebut, para peserta
dilatih melakukan pengamatan proses pembelajaran melalui tayangan 7-8 video.
Lalu mereka membahas kekuatan atau permasalahan yang terjadi pada proses
pembelajaran pada video tersebut, dan mendiskusikan pemecahannya yang dipandu oleh
beberapa orang dalam diskusi itu. Hasil pertemuan dan permasalahan pembelajaran
dalam kelompok kecil tuangkan dalam pleno. Fasilitator juga dibekali
dengan keterampilan melakukan pendampingan dengan pertanyaan-pertanyan menggali
agar guru menjadi praktisi yang reflektif.
Menurut Ujang Sukandi, spesialis pelatihan
guru USAID PRIORITAS, secara umum ada 3 hal penting yang harus dilakukan
fasilitator dalam melakukan pendampingan pembelajaran. Pertama, memberi
kesempatan guru untuk memberikan komentar terhadap pelaksaan pembelajaran yang
dilakukannya terlebih dahulu. Lalu, beri apresiasi kepada guru terhadap hal-hal
yang positif dalam pembelajaran. Hal ini penting untuk memberi motivasi kepada
guru agar lebih berani melakukan inovasi. Kedua, minta kepada guru
menyampaikan refleksinya terkait hal-hal yang penting dalam pembelajarannya,
dan Ketiga, minta guru untuk memikirkan perbaikan pembelajaran, kemudian
tawarkan ide perbaikan atau pengembangan, dari yang penting tersebut, misalnya tentang
penugasan yang diberikan kepada siswa-siswi di kelas.
”Kalau proses pendampingan ini dapat
dilaksanakan dengan baik, maka guru bisa membuat perencanaan perbaikan atau
pengembangan pembelajaran berdasarkan hasil identifikasi kekuatan dan masalah
tadi agar peningkatan mutu pembelajaran di kelas lebik baik”, kata Ujang.
Fasilitator pembelajaran kelas awal yang
juga guru SDN Lhoksukon Aceh Utara, Mawarni menuturkan, pelatihan ini sangat
penting untuk membekali kemampuannya mengidentifikasi keberhasilan dan
permasalahan dalam pembelajaran, terutama agar guru yang didampingi menjadi
lebih terbuka untuk melakukan perbaikan pembelajaran.
Sementara Ahmad
Hanafi, fasilitator pembelajaran bahasa Indonesia yang juga guru MTsN 2
Tangerang Banten menyebutkan, kemampuannya menganalisis pembelajaran menjadi
lebih baik lagi.
“Saya juga
mendapatkan teknik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran saya di kelas,”
katanya.
Pada hari terakhir pelatihan, peserta
diajak untuk mempraktikkan keterampilan identifikasi kekuatan dan masalah
tersebut serta keterampilan pendampingan di sekolah, yaitu di SDN Ngoto dan
SMPN 5 Sleman, Yogyakarta. Mereka mengamati kegiatan pembelajaran di kelas dan
mempraktikkan kegiatan pendampingan kepada guru yang mengajar.
Eko Budi Raharjo, guru IPA SMPN 5 Sleman
yang menjadi guru pendamping, merasa mendapat teman berbagi untuk meningkatkan
proses pembelajaran. “Saya tadi mengajak siswa melakukan beberapa percobaan
getaran di kelompok yang berjumlah 5-6 siswa. Ternyata dari hasil diskusi dengan
fasilitator yang mendampinginya, ada beberapa siswa yang pasif hanya bergantung
pada temannya. Ke depan saya akan membentuk kelompok 3-4 siswa. Laporan
percobaan siswa juga masih perlu ditingkatkan, terutama dalam mencari
kesimpulan”, katanya.
Sementara Kepala SDN Ngoto, Sutinem,
menyampaikan rencananya untuk mengajak para guru agar menerapkan hasil
pendampingan dari fasilitator. ”Kami juga akan mengajak para guru untuk selalu
menerapkan prinsip pembelajaran aktif secara efektif. Sebagai langkah awal,
mulai besok, kami juga akan melaksanakan kegiatan membaca senyap setiap hari
selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, terutama agar minat dan
keterampilan membaca siswa meningkat,” tukasnya setelah berdiskusi dengan para
fasilitator.
Para fasilitator nasional ini akan melatih
fasilitator kabupaten/kota melalui ToT provinsi, yang kemudian akan melatih
lebih dari 1.000 fasilitator daerah yang dipersiapkan untuk melatih para
guru sekolah mitra melalui forum KKG atau MGMP. Para fasilitator yang terdiri
dari unsur guru, kepala sekolah, dan pengawas, diharapkan senantiasa
mengembangkan komunitas belajar secara terus menerus. Bila hal itu dilakukan
konsisten, maka guru akan menjadi pembelajar sepanjang hayat dan terjadi
perbaikan proses pembelajaran secara berkelanjutan.
Post a Comment