YOGYAKARTA
| Praktik pengalaman
lapangan (PPL) mengajar mahasiswa calon guru di sekolah, merupakan salah satu
fase penting untuk memberikan bekal pengalaman mengajar yang baik bagi
mahasiswa. Mahasiswa calon guru perlu mendapat bekal pengalaman mengajar yang
baik dengan didampingi dan dibimbing secara kolaboratif oleh dosen pembimbing
lapangan (DPL) dan guru pamong (GP). “USAID PRIORITAS bersama-sama dengan para
pengelola PPL memandang perlunya peningkatan peran efektif DPL dan guru pamong
dalam melakukan pembimbingan pada para mahasiswa praktikan. “Program ini
tantangan awal untuk membawa kolaborasi dosen, guru pamong, dan mahasiswa untuk
melaksanakan program PPL yang efektif, yang dikembangkan dan dipraktikkan
secara bersama," kata Lynne Hill, Adviser Teaching and Learning USAID PRIORITAS.
Selama ini,
komunikasi antara DPL, guru pamong dan mahasiswa praktikan masih
cenderung searah dan kurang intensif, sehingga pemantauan progress kemampuan
mengajar praktikan kurang komprehensif. Pelatihan ini diharapkan bisa memberikan
masukan alternatif untuk pembimbingan,” jelas Ajar Budi Kuncoro, Senior Manager
for University Stakeholder and Coordination USAID PRIORITAS di sela-sela
acara Pelatihan Nasional Dosen Pembimbing Lapangan dan Guru Pamong untuk
meningkatkan praktik pengalaman lapangan (PPL) mahasiswa lembaga pendidikan
tenaga kependidikan (LPTK), di Yogyakarta, Rabu (20/7/2016).
Sementara itu, Drs
Adnan MPd, dosen Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), menjelaskan bahwa dalam
acara pelatihan yang dilakukan USAID PRIORITAS ia mendapatkan banyak ilmu baru
tentang pelaksanaan PPL. “PPL yang selama ini kita laksanakan sangat
konvensional, artinya DPL hanya menjumpai kepsek atau GP untuk menanyakan
secara umum keadaan mahasiswa PPL. Dengan mengikuti pelatihan ini DPL akan
melakukan observasi di sekolah yang diawali dengan konferen bersama mahasiswa
PPL dan setelah mahasiswa PPL mengajar, kembali dilakukan konferen bersama
dengan mahasiswa, GP dan DPL,” papar Adnan.
Senada dengan Adnan, Mawardi MPd, dari
Pusat Pengembangan Pembelajaran yang juga dosen Fakultas Tarbiyah UIN Ar
Raniry, menjelaskan bahwa banyak yang harus diperbaiki dalam pelaksanaan PPL.
Menurut Mawardi, salah satu masalah yang sering terjadi di lapangan adalah
miskomunikasi antara pihak kampus dan sekolah karena DPL hanya menyerahkan
mahasiswa PPL kepada sekolah tanpa mendampingi. “Selama ini dalam pelaksanaan
PPL, DPL jarang langsung mendampingi di kelas tetapi hanya bertemu mahasiswa
setelah praktik. Dengan adanya pelatihan ini kami lebih memahami pentingnya
mendampingi calon guru (mahasiswa PPL) tersebut secara kontinu,” kata Mawardi.
Acara yang dibuka oleh Rektor Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY), Prof Dr Rachmat Wahab, mengharapkan guru harus menjadi
model yang utuh bagi siswa. Untuk menjadi model yang utuh, seorang guru bukan
hanya dituntut mampu mengajar tapi juga harus bisa mengintegrasikan antara otak
dan hati. Integrasi otak dan hati harus dilatihkan dan dipraktikkan
terus-menerus. Oleh karena itu, kolaborasi dan komunikasi antara DPL, guru
pamong dan mahasiswa praktikan sangat diperlukan. “Saya sangat mendukung dan
mengapresiasi kegiatan yang dilakukan USAID PRIORITAS ini karena sangat relevan
dengan penyiapan calon guru oleh LPTK sehingga nantinya benar-benar bisa
menjadi guru profesional sebagai model yang utuh bagi siswa,” lanjut Rachmat.
Kegiatan pelatihan tiga hari ini dihadiri
oleh para dosen pembimbing lapangan, perwakilan dari 16 LPTK dan guru pamong
yang berasal dari 7 provinsi mitra USAID PRIORITAS. Dalam acara ini, para dosen
dan guru pamong mendapatkan pelatihan menulis jurnal reflektif, melakukan
konferensi serta melakukan observasi sekolah dan ruang kelas, praktik mengajar
terbimbing, mengajar mandiri, melakukan perencanaan praktik mengajar.
Post a Comment